Murai batu kondisi drop jangan dipaksa-paksa untuk tarungBanyak teman penghobi burung, sebagaimana tercermin dari pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan di beberapa grup di facebook.com, mengeluhkan burung murai batu mereka yang katanya “over birahi”. Hanya saja, secara umum banyak yang salah kaprah mengatakan murai batu galak sama dengan murai batu birahi; murai batu bulu mekar dan nglabrak-nglabrak kalau ketemu lawan disebut juga birahi, dan murai batu ngebatman disebut juga karena birahi. Padahal masing-masing kondisi itu beda berdan dan memerlukan penanganan berbeda pula.
Murai batu galak, biasanya terjadi pada burung yang semangat tempur tinggi tetapi terlalu diisolir, tidak pernah dengar suara murai batu lain. Nafsu tarung besar, tenaga besar. Solusinya, sering-sering ditrek dan kalau ngetrek jangan main tunggu-tungguan seperti pelomba MB di lapangan masa kini seperti menunggu kereta api saja
Murai batu bulu mekar dan nabrak-nabrak kalau ketemu lawan adalah murai batu kondisi kurang fit, atau bisa jadi mental kurang tertata. Dia mau nglangsing dan mau tempur kalau sudah panas atau dipanas-panasi suara murai batu di sekitarnya. Biasanya cepat gembos.
Murai batu ngebatman, kalau ngebatman dalam artian seperti murai batu jinak, itu masalah biasa. Biasanya begitu ada lawan nggembor, dia akan segera nggembor.
Kalau ngebatman lantas dan cuma cak-cik tidak mau tempur, itu murai batu tidak fit fisik maupun mental; perlu diterapi dan dirawat lagi. Ini biasanya terjadi pada murai batu yang terlalu banyak ditrek sementara tidak diperhatikan asupan dan rawatan hariannya. Nafsu tempur maunpun mental sedang down.
Salah satu contoh kasus murai batu yang galak dan sulit penanganannya karena karakternya yang memang sangat agresif pernah saya tulis pada artikel Prosepek murai batu ganas. Dalam artikel tersebut (cek saja) jelas tergambar bahwa menangani burung murai batu yang pada dasarnya sangat agresif perlu perjuangan keras dan kadang-kadang juga tidak berhasil.
Sementara untuk burung murai batu yang bulunya terlihat mkar dan menabrak-nabrak jeruji sangkar ketika bertemu lawan kebnyakan memang murai batu yang kondisinya kurang fit. Bisa juga ini adalah murai batu yang mentalnya kurang bagus atau dalam kondisi sedikit down. Burung yang seperti ini biasanya terlihat siap tempur jika burung lain di sekitarnya sudah berkicau lama duluan. Meskipun burung akhirnya mau tempur, karena kondisinya sebenarnya tidak fit, maka burung akan segera gembos; diam dan tidak berbunyi lagi.
Jika burung sudah seperti itu kemudian dipaksa-paksa terus dijejer murai batu lain atau tidak segera diturunkan dari gantangan, dia akan benar-benar ngedrop dan akan tidak mau berbunyi lagi dalam waktu lama. Kalau sudah begini, maka langkah yang harus diambil adalah mengisolasinya dari burung lain, khususnya burung-burung yang sudah atau dalam kondisi gacor.
Karantina atas burung yang down mentalnya kadang memerlukan waktu yang relatif lama, bahkan sampai harus melewati masa mabung dulu baru mulai stabil mentalnya.
Sementara itu mengenai burung jinak yang memekarkan bulunya ketika tangan kita masuk ke sangkar dan mau melabrak-labrak tangan, itu adalah kondisi yang biasa. Burung jinak yang fit, biasanya akan langsung gacor begitu ada rangsangan suara atau rangsangan kicauan burung lain.
Banyak yang menyebutkan burung murai batu jinak itu jelek. Namun hal itu sekadar mitos. Silakan cek dua artikel ini sebagai referensi:
1. Murai batu jinak ternyata “nantang” juri
2. Burung jinak “ngebatman” bukan berarti loyo: Kasus murai batu Hendy Yap DKI
Sementara itu kalau burung Anda ngebatman dan tidak mengeluarkan suara apa-apa selain suara cak-cik, jelas itu menandakan murai batu yang tidak fit baik secara fisik maupun mental. Hal ini biasanya memang terjadi pada burung murai batu yang terlalu banyak ditarungan tetapi tidak diperhatikan benar asupan pakan dan extra fooding-nya dan juga perawatan hariannya.
Burung dengan nafsu tempur maunpun mental sedang down seperti itu harus diterapi sebagaimana yang terjadi pada burung murai batu drop mental, yakni mengisolasinya dari burung lain.
Read more > Beda antara murai batu galak dan murai batu birahi
Murai batu galak, biasanya terjadi pada burung yang semangat tempur tinggi tetapi terlalu diisolir, tidak pernah dengar suara murai batu lain. Nafsu tarung besar, tenaga besar. Solusinya, sering-sering ditrek dan kalau ngetrek jangan main tunggu-tungguan seperti pelomba MB di lapangan masa kini seperti menunggu kereta api saja
Murai batu bulu mekar dan nabrak-nabrak kalau ketemu lawan adalah murai batu kondisi kurang fit, atau bisa jadi mental kurang tertata. Dia mau nglangsing dan mau tempur kalau sudah panas atau dipanas-panasi suara murai batu di sekitarnya. Biasanya cepat gembos.
Murai batu ngebatman, kalau ngebatman dalam artian seperti murai batu jinak, itu masalah biasa. Biasanya begitu ada lawan nggembor, dia akan segera nggembor.
Kalau ngebatman lantas dan cuma cak-cik tidak mau tempur, itu murai batu tidak fit fisik maupun mental; perlu diterapi dan dirawat lagi. Ini biasanya terjadi pada murai batu yang terlalu banyak ditrek sementara tidak diperhatikan asupan dan rawatan hariannya. Nafsu tempur maunpun mental sedang down.
Salah satu contoh kasus murai batu yang galak dan sulit penanganannya karena karakternya yang memang sangat agresif pernah saya tulis pada artikel Prosepek murai batu ganas. Dalam artikel tersebut (cek saja) jelas tergambar bahwa menangani burung murai batu yang pada dasarnya sangat agresif perlu perjuangan keras dan kadang-kadang juga tidak berhasil.
Sementara untuk burung murai batu yang bulunya terlihat mkar dan menabrak-nabrak jeruji sangkar ketika bertemu lawan kebnyakan memang murai batu yang kondisinya kurang fit. Bisa juga ini adalah murai batu yang mentalnya kurang bagus atau dalam kondisi sedikit down. Burung yang seperti ini biasanya terlihat siap tempur jika burung lain di sekitarnya sudah berkicau lama duluan. Meskipun burung akhirnya mau tempur, karena kondisinya sebenarnya tidak fit, maka burung akan segera gembos; diam dan tidak berbunyi lagi.
Jika burung sudah seperti itu kemudian dipaksa-paksa terus dijejer murai batu lain atau tidak segera diturunkan dari gantangan, dia akan benar-benar ngedrop dan akan tidak mau berbunyi lagi dalam waktu lama. Kalau sudah begini, maka langkah yang harus diambil adalah mengisolasinya dari burung lain, khususnya burung-burung yang sudah atau dalam kondisi gacor.
Karantina atas burung yang down mentalnya kadang memerlukan waktu yang relatif lama, bahkan sampai harus melewati masa mabung dulu baru mulai stabil mentalnya.
Sementara itu mengenai burung jinak yang memekarkan bulunya ketika tangan kita masuk ke sangkar dan mau melabrak-labrak tangan, itu adalah kondisi yang biasa. Burung jinak yang fit, biasanya akan langsung gacor begitu ada rangsangan suara atau rangsangan kicauan burung lain.
Banyak yang menyebutkan burung murai batu jinak itu jelek. Namun hal itu sekadar mitos. Silakan cek dua artikel ini sebagai referensi:
1. Murai batu jinak ternyata “nantang” juri
2. Burung jinak “ngebatman” bukan berarti loyo: Kasus murai batu Hendy Yap DKI
Sementara itu kalau burung Anda ngebatman dan tidak mengeluarkan suara apa-apa selain suara cak-cik, jelas itu menandakan murai batu yang tidak fit baik secara fisik maupun mental. Hal ini biasanya memang terjadi pada burung murai batu yang terlalu banyak ditarungan tetapi tidak diperhatikan benar asupan pakan dan extra fooding-nya dan juga perawatan hariannya.
Burung dengan nafsu tempur maunpun mental sedang down seperti itu harus diterapi sebagaimana yang terjadi pada burung murai batu drop mental, yakni mengisolasinya dari burung lain.