Saturday, January 26, 2013

Persilangan murai batu berbeda warna dan panjang ekornya

murai-cantikSelama ini kita sering terjebak pada mainstream bahwa murai batu hanya bisa dinikmati suaranya saja. Ini karena lomba / latber burung berkicau memang mensyaratkan hal seperti itu. Padahal tidak semua sobat kicaumania mau ikut lomba, bahkan lebih suka menikmatinya di rumah bersama keluarga. Artikel ini mungkin lebih tepat untuk kicaumania yang seperti ini, juga para penangkar yang mau mencoba menyilangkan murai batu, dengan variasi warna dan panjang ekornya.
Upaya menyilangkan murai batu ekor panjang dan ekor pendek sebelumnya pernah dilakukan pakar MB di Asia Tenggara, David de Souza. Namun sejauh ini saya belum memperoleh informasi mengenai penangkar yang sudah melakukan persilangan MB berdasarkan warna ekor.
Dalam artikel ini, Anda akan memperoleh panduan melakukan persilangan MB dengan model berikut ini :
  • Persilangan berdasarkan panjang ekor
  • Persilangan berdasarkan warna ekor

Persilangan berdasarkan panjang ekor

Sebagai panduan awal, berikut ini tabel jenis murai batu beserta panjang ekornya, yang saya kelompokkan menjadi dua: ekor panjang dan ekor pendek. Pengelompokan ini mungkin bersifat subjektif, karena sejauh ini memang tidak ada kriteria berapa inchi atau berapa sentimeter ekor murai batu disebut panjang atau pendek.

Kunci utama dari persilangan murai batu berdasarkan panjang ekor adalah ekor pendek termasuk gen dominan, sedangkan ekor panjang merupakan gen resesif. Gen dominan selalu bersifat menguasai atau mengalahkan gen resesif. Jika induk dengan gen dominan dikawinkan dengan pasangannya yang memiliki gen resesif, maka anaknya secara visual (fenotip) akan mewarisi sifat induk yang memiliki gen dominan.
Gen dominan selalu ditulis dengan simbol huruf besar, dan gen resesif ditulis dengan huruf kecil. Misalnya, simbol ekor pendek kita tulis S (dari kata short), sedangkan simbol ekor panjang l (dari kata long).
Gen yang ada di dalam kromosom selalu berpasangan, sehingga simbolnya harus ganda. Misalnya SS dan ll. Namun, terkadang ada individu yang memiliki simbol Sl. Hal ini bisa dimungkinkan ketika di alam bebas terjadi perkawinan antara MB ekor pendek dan MB ekor panjang.
Jika disarikan, maka ada tiga simbol dari gen yang berkaitan dengan ekor murai batu, yaitu :
  • SS adalah murai batu ekor pendek, yang bapak dan ibunya juga berekor pendek.
  • ll adalah murai batu ekor panjang, yang bapak dan ibunya juga berekor panjang.
  • Sl adalah murai batu ekor pendek, yang bapaknya berekor pendek dan ibunya berekor panjang, atau ibunya berekor pendek dan bapaknya berekor panjang.
panjang-ekor-murai-batu
Perlu dijelaskan, murai batu dengan simbol Sl sejatinya memiliki darah ekor pendek (S) dan ekor panjang (l). Karena ekor panjang merupakan gen resesif, maka secara visual (fenotip) yang terlihat adalah ekor pendek.
Sifat resesif ini baru bisa muncul kembali jika kelak ia dikawinkan dengan murai batu yang juga memiliki gen Sl. Sebab perkawinan antara Sl dan Sl akan menghasilkan anakan dengan kemungkinan 50% SS (ekor pendek), 25% Sl (secara visual ekor pendek), dan 25% ll (ekor panjang).
Berikut ini beberapa kemungkinan yang akan terjadi ketika kita melakukan persilangan murai batu ekor pendek dan ekor panjang, sesama MB ekor pendek, dan sesama MB ekor panjang :
1. MB ekor pendek (SS) >< MB ekor pendek (SS)
Hasil: 100 % anaknya memiliki gen SS, atau semuanya berekor pendek
2. MB ekor pendek (SS) >< MB ekor pendek (Sl)
Hasil:
  • 50 % SS (ekor pendek)
  • 50% Sl (secara visual ekor pendek)
3. MB ekor pendek (Sl) >< MB ekor pendek (Sl)
Hasil:
  • 25% SS (ekor pendek)
  • 50% Sl (secara visual ekor pendek)
  • 25% ll (ekor panjang)
Kasus ini pernah dialami seorang penangkar, di mana induk jantan dan induk betina yang sama-sama berekor pendek, namun anaknya kok ada yang berekor panjang. Dia bingung, karena MB tidak mungkin selingkuh dalam kandang penangkaran (he..he..). Padahal, sejatinya kedua induk ini memiliki gen Sl, atau membawa gen resesif ekor panjang, namun secara visual yang terlihat ekor pendek.
4. MB ekor panjang (ll) >< MB ekor panjang (ll)
Hasil:  100% ll (ekor panjang)
5. MB ekor pendek (SS) >< MB ekor panjang (ll)
Hasil: 100 % Sl (secara visual ekor pendek)
6. MB ekor pendek (Sl) >< MB ekor panjang (ll)
Hasil:
  • 50% Sl (secara visual ekor pendek)
  • 50% ll (ekor panjang)

Persilangan dengan fokus pada warna ekor

Untuk membuka pembahasan, sebaiknya perhatikan dulu pemetaan MB ekor hitam dalam gambar di bawah ini :
murai-batu-ekor-hitam
Jadi murai batu selain yang disebutkan dalam tabel di atas disebut sebagai MB ekor putih. Tetapi perlu diketahui, MB ekor putih sebenarnya hanya istilah saja, karena tidak ada MB jenis white-rumped shama yang seluruh ekornya berwarna putih (putih mulus).
Istilah ini muncul karena pola warna pada bulu ekornya, dengan kemungkinan sebagai berikut:
  • 4 pasang bulu ekor penyangga berwarna putih, sedangkan 2 pasang bulu ekor utama berwarna hitam.
  • 3 pasang bulu ekor penyangga berwarna putih, dan 3 pasang bulu ekor utama berwarna hitam.
Hampir dalam semua referensi tentang gen warna, baik pada manusia, mamalia, maupun burung, gen warna hitam bersifat dominan terhadap gen warna putih. Dengan demikian, gen warna putih bersifat resesif.
Gen warna hitam ditulis dengan simbol BB dan gen warna putih ditulis dengan simbol ww. Murai batu yang memiliki ekor hitam tidak selalu memiliki gen BB, sebab ada kemungkinan Bw (secara fenotip / visual hitam, namun secara genotip juga memiliki gen resesif putih).
Ketiga simbol tersebut memiliki arti sebagai berikut:
  • BB adalah murai batu ekor hitam, yang bapak dan ibunya juga berekor hitam.
  • ww adalah murai batu ekor putih, yang bapak dan ibunya juga berekor putih.
  • Bw adalah murai batu ekor hitam, yang bapaknya berekor hitam dan ibunya berekor putih, atau ibunya berekor hitam dan bapaknya berekor putih.
Sekarang kita lihat kemungkinan yang akan terjadi ketika kita melakukan persilangan MB ekor hitam dan MB ekor putih, sesama MB ekor hitam, dan sesama MB ekor putih :
1. MB ekor hitam (BB) >< MB ekor hitam (BB)
Hasil: 100 % anaknya memiliki gen BB, atau semuanya berekor hitam.
2. MB ekor hitam (BB) >< MB ekor hitam (Bw)
Hasil:
  • 50 % BB (ekor hitam)
  • 50% Bw (secara visual ekor hitam)
3. MB ekor hitam (Bw) >< MB ekor hitam (Bw)
Hasil:
  • 25% BB (ekor hitam)
  • 50% Bw (secara visual ekor hitam)
  • 25% ww (ekor putih)
4. MB ekor putih (ww) >< MB ekor putih (ww)
Hasil: 100% ww (ekor putih)
5. MB ekor hitam (BB) >< MB ekor putih (ww)
Hasil: 100 % Bw (secara visual ekor hitam)
6. MB ekor hitam (Bw) >< MB ekor putih (ww)
Hasil:
  • 50% Bw (secara visual ekor hitam)
  • 50% ww (ekor putih)
Setelah mengetahui model persilangan berdasarkan panjang ekor dan warna ekor, Anda pun bisa membuat  persilangan dua MB berdasarkan kombinasi panjang dan warna ekor. Metode ini bisa dilakukan, khususnya untuk penangkar, yang ingin memperoleh MB varian baru, misalnya MB ekor hitam yang panjang.
MB Nias sebenarnya termasuk murai ekor hitam dengan ekor yang panjang. Namun, bagaimana kalau kita bisa mencetak murai blacktail yang panjang ekornya seperti MB ekor putih dari Aceh, Medan, Thailand, dan Malaysia.
Silakan dikombinasi sendiri dengan metode yang sudah dijelaskan di atas. Sambil Anda mengutak-atik di depan komputer, saya pun akan mempersiapkan artikel terpisah mengenai kombinasi ini.

Omkicau.com
Read more > Persilangan murai batu berbeda warna dan panjang ekornya

Transgenik memungkinkan penciptaan murai nias berekor panjang melengkung ala MB Thailand

Anda pengin punya murai batu nias ekor hitam tetapi panjang ekornya sama dengan panjang ekor murai batu Thailand? Atau Anda punya burung jawara dan pengin membuat banyak kembarannya untuk berjaga-jaga kalau burung jawara mati atau sudah loyo? Keinginan seperti itu tidak mustahil terpenuhi. Sebab, teknologi kloning dan teknologi transgenik saat ini sudah berkembang jauh dari apa yang bisa kita bayangkan 5 atau 10 tahun yang lalu.
 

Salah satu contoh ayam hasil rekayasa transgenik saat ini misalnya adalah ayam tanpa bulu yang rendah lemak dan disebutkan ramah lingkungan karena mengurangi biaya yang harus dikeluarkan peternak untuk ventilasi.

Mengadopsi pengertian tanaman transgenik, maka hewan transgenik adalah hewan yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies hewan yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan hewan dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan hewan yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, resisten terhadap organisme pengganggu, serta berkuantitas dan berkualitas yang lebih tinggi dari hewan alami.

Sedangkan kloning hewan adalah proses di mana seluruh organisme direproduksi dari sel yang diambil dari organisme induk sehingga menghasilkan keturunan yang secara genetik identik.Ini berarti hewan kloning merupakan duplikat sama persis dari induknya, yang berarti juga memiliki DNA yang sama.
Kloning sebenarnya banyak terjadi di alam. Reproduksi aseksual pada organisme tertentu dan terjadinya kembar dari sel telur yang sama merupakan contoh kloning. Dengan kemajuan teknologi, proses kloning saat ini bisa dilakukan di laboratorium.

Para ilmuwan telah mencoba mengkloning hewan untuk waktu yang lama. Banyak upaya awal belum menunjukkan hasil positif. Hasil kloning pertama yang cukup sukses yaitu ketika kecebong berhasil dikloning dari sel embrio katak. Hal ini dilakukan dengan proses transfer nukleus. Hanya saja kecebong hasil kloning tidak hidup lama untuk tumbuh menjadi katak dewasa. Namun hal ini tetap menjadi terobosan yang penting.
Contoh kloning hewan pertama yang benar-benar berhasil dilakukan pada domba. Dolly, nama domba hasil kloning tersebut, tidak hanya hidup lama tetapi juga mampu bereproduksi secara alami. Dolly dikloning oleh Ian Wilmut dan timnya di Institut Roslyn di Edinburgh, Skotlandia, pada tahun 1997.
Dengan rekayasa transgenik dan kloning, oleh karena itu, impian Anda sebagaimana saya tulis pada awal artikel ini bukan sesuatu yang mustahil.

Bisa dihasilkan dari sel bangkai
Ya, binatang kloning dan hewan hasil rekayasa transgenik semakin beragam. Binatang kloning bisa dihasilkan bukan hanya dari sel hidup. Sel bangkai binatang pun bisa “dihidupkan” untuk menjadi organisme baru yang serupa dengan hewan yang sudah berkalang tanah alias menjadi bangkai. Mulai dari ayam, kucing, tikus, domba, unta, anjing, babi, sapi kloning hingga ikan hasil rekayasa transgenik yang bisa memancarkan cahaya warna-warni kini sudah ada.
Kita pantas mengagumi keahlian meraka yang sudah berhasil melakukan kloning. Namun demikian, muncul pula kengerian di balik itu. Sebab teknologi kloning bahkan bisa “menciptakan” organisme “baru” yang sama dan serupa dengan organisme yang sudah mati. Bagi orang yang kaya raya misalnya, bisa saja mereka menciptakan kembarannya yang masih muda, sehat wal afiat dan energik, sebelum dia meninggal dunia. Luar biasa…. asal jangan sampai hasil kloning malah menyerupai zombie, hehehe.
Berikut ini adalah sejumlah penampakan dari hewan hasil kloning dan rekayasa transgenik dan cek penjelasannya pada setiap keterangan gambar.















Read more > Transgenik memungkinkan penciptaan murai nias berekor panjang melengkung ala MB Thailand
 
 
Copyright © seputar info burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo