Burung Asli Indonesia yang Terancam Punah - Burung adalah mahluk mekanis dengan segala keindahannya, yang memiliki peranan penting dalam ekosistem, mereka membantu penyebaran dan menyuburkan tanaman, sehingga bumi menjadi hijau. Secara ilmiah burung digolongkan dalam hewan kelas aves yang terdapat sekitar belasan ribu spesies di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat sedikitnya
1.500 jenis burung. Dari jumlah tersebut tidak sedikit yang terdaftar dalam kategori terancam punah (Critically endangered). Berikut ini burung asli indonesia yang terancam punah :
1. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
atau disebut juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang dengan
panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna putih ini merupakan
satwa endemik Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian
barat. Burung ini juga merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau Bali
yang masih tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan punah. Sejak tahun
1991, satwa yang masuk kategori “kritis” (Critically Endangered) dalam
Redlist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya ini dinobatkan sebagai
fauna identitas (maskot) provinsi Bali. Kepunahan Jalak Bali di habitat
aslinya disebabkan oleh deforestasi (penggundulan hutan) dan perdagangan
liar.
2. Anis-bentet Sangihe (Colluricincla sanghirensis)
Anis-bentet Sangihe (Colluricincla sanghirensis) adalah spesies burung dari keluarga Colluricinclidae. Anis-bentet Sangihe merupakan hewan endemik Indonesia. Anis-bentet Sangihe memiliki habitat di kawasan Hutan pegunungan dengan iklim subtropik atau tropis lembap. Hewan ini termasuk hewan yang terancam, karena kehilangan habitat.
3. Elang Flores (Spizaetus floris)
Elang Flores (Spizaetus floris) merupakan salah satu jenis raptor (burung pemangsa) endemik yang dipunyai Indonesia. Sayangnya elang flores yang merupakan burung pemangsa endemik flores (Nusa Tenggara) ini kini menjadi raptor yang paling terancam punah lantaran populasinya diperkirakan tidak melebihi 250 ekor sehingga masuk dalam daftar merah (IUCN Redlist) sebagai hewa yang sangat terancam punah (Kritis). Ciri-ciri. Burung elang flores mempunyai ukuran tubuh yang sedang, dengan tubuh dewasa berukuran sekitar 55 cm. pada bagian kepala berbulu putih dan terkadang mempunyai garis-garis berwarna coklat pada bagian mahkota.Elang flores merupakan raptor (burung pemangsa) endemik Nusa Tenggara yang hanya dapat ditemukan di pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Satonda, Paloe, Komodo, dan Rinca.
4. Gagak Banggai (Corvus unicolor)
Gagak Banggaiatau Corvus unicolor, adalah anggota dari gagak dari famili Banggai di Indonesia. Gagak ini terdaftar sebagai Spesies Kritis oleh IUCN dan pernah dianggap punah, namun akhirnya ditemukan kembali pada survei di Pulau Peleng pada 2007/2008. Gagak Banggai merupakan gagak yang berukuran sedang dengan panjang 39 cm dan benar-benar hitam dengan iris mata yang gelap dan ekor pendek. Penurunan populasi gagak Banggai disebabkan karena hilangnya habitat dan degradasi seperti pertanian dan ekstrasi.
5. Celepuk Siau (Otus siaoensis)
Celepuk Siau adalah salah satu burung
hantu dari jenis Strigidae. Burung ini merupakan burung yang hampir
punah, burung Celepuk Siau yang mempunyai nama ilmiah Otus Siaoensis ini
berhabitat di daerah Pulau Siau, Sulawesi Utara.
6. Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan unggas cerdas dan gemar berkawanan ini terdiri dari biji-bijian, kacang, dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon.
7. Merpati Hutan Perak (Columba argentina)
Merpati hutan perak adalah burung yang termasuk dalam burung yang berstatus kritis dalam IUCN, merpati hutan perak Berukuran besar (40 cm), berwarna abu-abu pucat. Sayapnya berwarna hitam, ekor dan tubuh bagian bawah keabuan. penyebaran merpati hutan perak meliputi Kep. Simeulue, Mentawai (P.Sipura, Pagai utara),Kep.Riau (Karimun Besar, Batam, Bintan dan Kepulauan Lingga/Saya), Kep. Anambas, Natuna utara dan Kep. Karimata di ujung barat Kalimantan.
8. Perkici Buru (Charmosyna toxopei)
Perkici Buru (Charmosyna toxopei) dikenal sebagai burung endemik Pulau Buru. Dikenal pula, bahwa burung yang berparuh bengkok itu langka. Dan hanya ada di Pulau Buru. Burung perkici buru ditemukan pada tahun 1921 oleh seorang penjelajah berkebangsaan Belanda, yaitu Hendrik Cornelis Siebers. Dengan catatan, bahwa Hendrik Cornelis Siebers bukanlah seorang ahli burung, tetapi ahli serangga. Ukuran badan burung perkici buru adalah 16 cm. Burung ini berwarna hijau atau kuning.Mahkota depan berwana biru. Pada yang jenis betina,mahkotanya lebih jelas. Pangkal ekornya pada bagian bawah berwarna merah. Burung ini bersuara ti-ti-ti-ti-ti sangat melengking.
9. Trulek Jawa (Vanellus macropterus)
Trulek Jawa (Vanellus macropterus) adalah salah satu
burung langka yang hanya terdapat ( endemik ) di Jawa. Burung dari famili Charadriidae ini pada tahun 1994 pernah dinyatakan punah (Extinct) oleh IUCN, namun sejak tahun 2000, statusnya direvisi menjadi Kritis . Meskipun begitu, hingga kini keberadaan Burung Trulek Jawa ini masih misteri masih ada atau bahkan sudah punah. Hingga saat ini yang dapat dijumpai dengan mudah hanyalah spesimennya (awetannya) saja yang disimpan di Museum Zoologi, Cibinong. Ciri-ciri Trulek Jawa. Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) berukuran sedang, sekitar 28 cm. Bulunya berwarna coklat keabuan dengan kepala hitam. Beberapa daerah yang diduga didiami burung endemik berstatus krisis ini antara lain Hutan Sawangan, Petungkriyono, Pekalongan (Jawa Tengah); terakhir terlihat tahun 2001 oleh Tim Komunity Forestry Pekalongan. Hutan Gunung Ungaran (Jawa Tengah).Merubetiri, Jember (Jawa Timur).
10. Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis)
Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis) adalah burung endemik Sumatera termasuk dalam 18 burung paling langka di Indonesia Burung ini merupakan satu dari tiga spesies Tokhtor yang ada di dunia selain Tokhtor Kalimantan (Carpococcyx radiceus) yang endemik Kalimantan dan Coral-billed Ground-cuckoo (Carpococcyx renauldi) yang terdapat di Thailand dan Vietnam. Dulunya, Tokhtor Sumatera dan Tokhtor Kalimantan dianggap sebagai satu spesies yang sama yang dinamai Tokhtor Sunda. Burung Tokhtor Sumatera merupakan burung penghuni permukaan tanah dengan ukuran tubuh yang besar mencapai 60 cm. Burung Tokhtor Sumatera hidup di permukaan tanah dan memakan vertebrata kecil dan invertebrata besar. Burung endemik Sumatera yang sangat langka dan terancam punah ini termasuk binatang pemalu.