Monday, August 26, 2013

Cara melatih love bird agar jinak

Cara melatih love bird agar jinak - Siapa yang tidak ingin apabila memiliki hewan peliharaan yang bisa nurut sama tuannya...mungkin salah satunya burung lovebird, siapa bilang burung ini tidak bisa jinak..mari kita pelajari bagaimana cara agar burung cantik ini bisa menjadi jinak bahkan tidak kabur walaupun diluar kandang, dalam  melatih  Lovebird perlu kelembutan dan kesabaran. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melatih  LoveBird  anda :

1.    Langkah pertama adalah membuat Lovebird menyesuakan diri dengan kehadiran kita caranya adalah dengan duduk-duduk di samping sangkar/ kandang  lovebird selama 2 atau 3 hari dan jangan sering memasukkan tangan kita ke dalam kandang atau memegang lovebird yang akan kita latih. Bicaralah dengan lembut dengan mereka dan tunggulah lovebird mendekati ke arah kita. setelah mereka mulai kenal kita maka kita pancing dengan meletakkan  makanan di telapak tangan kita tapi kita tidak boleh memaksa lovebird untuk makan tapi biarlah mereka sendiri yang mendekati tangan kita. Lakukan pancingan ini tidak lebih dari 10 menit pada sekali waktunya. Proses pendekatan ini akan memakan waktu sekitar dua atau tiga hari atau sampai Lovebird nyaman mendekati kita.

2.    Masukkan tangan Anda ke dalam kandang lagi setelah Lovebird terbiasa dengan kehadiran kita dan makan dari telapak tangan kita kemudian kita mengelus-menyentuh lovebird dengan jari-jari kita disertai bicara yang lembut, lakukan langkah ini sekitar 10 menit sebelum kemudian kita menarik tangan kita menjauh. Hari selanjutnya kita ulangi langkah tersebut sampai burung Lovebird berani hinggap di atas telapak tangan kita. Bila sudah berani hinggap diatas telapak tangan kita maka kita jangan sekali kali menarik tangan kita dengan tiba-tiba atau membuat mereka kaget. Ulangi langkah tersebut sampai dua atau tiga hari agar burung semakin dekat dengan kita.

3.    Langkah selanjutnya adalah mengajari lovebird untuk melompat ke bawah, senggol dada lovebird dengan lembut dan perintahkan untuk melompat “lompat turun..!”  atau ” lompat naik..!”. Yang perlu di perhatikan adalah tidak boleh memaksa atau mendorong burung dengan kasar biarkan lovebird melompat dengan sendirinya. kalau sudah terampil maka latihlah LoveBird untuk lompat tanpa kita menyenggolnya. Latihan ini mungkin memakan waktu tiga hari atau lebih.

4.    Tutup semua jendela, pintu  laci atau almari termasuk cermin yang ada di ruangan kita dan amankan barang yang bisa membahayakan burung. Apabila kita memiliki hewan seperti anjing, kucing maka jauhkan dari ruangan kita. Tutup juga toilet kamar mandi.

5.    Masukkan tangan kita ke dalam sangkar dan ulangi perintah-perintah yang selam ini kita latih dengan nada lembut seperti yang biasa kita lakukan dan perlahan-lahan kalau burung sudah hinggap di tangan kita maka kita keluarkan dari kandang/ sangkarnya. Kalaupun burung agak takut ketika sudah berada di luar kandang biarkan burung terbang di sekitar kita. jangan sekali-kali mengejarnya karena akan membuatnya ketakutan. Biarkan Lovebird anda turun dengan sendirinya dan hinggap untuk kemudian kita dekati perlahan dengan mengulurkan tangan kita dan lakukan perintah seperti yang selama ini kita latih ketika masih di dalam kandang. Pelatihan di luar kandang ini mungkin memakan waktu beberapa hari dan burung hanya boleh dibawa keluar kandang sekitar 10 menitan saja pada awal-awal pelatihan di luar kandang.
Read more > Cara melatih love bird agar jinak

Saturday, August 17, 2013

Tips Pengobatan Kaki Bengkak Pada Burung Kenari

Tips Pengobatan Kaki Bengkak Pada Burung Kenari - Mungkin semua pecinta burung kenari pernah mengalami hal yang sama seperti dengan apa yang telah saya alami,pernah tiba tiba melihat lutut ayau kaki kenari mendadak bengkak. Berbeda dengan memelihara burung lain, memelihara burung kenari mengenal istilah kaki bengkak. Banyak yang frustasi dalam menangani kaki bengkak ini. Paling sering kaki bengkak terjadi pada jari kaki yang tengah.

Saya mempunyai kenari yang bengkak di bagian lutut sebelah kiri. Saya menyadarinya ketika bulu sayapnya kusam kena darah. Saat diperhatikan, ternyata lutut sebelah kiri bagian belakang berdarah dan bengkak. Kejadian pertama yang saya alami dalam merawat/memelihara burung kenari.

Banyak yang cerita, penyebab bengkaknya kaki ini disebabkan oleh gigitan nyamuk. Kita bisa bayangkan jika kita digigit nyamuk, setelahnya terasa sangat gatal. Mungkin burung juga merasakan hal yang sama, dan yang bisa dia lakukan adalah menggigit (kalau kita menggaruk) untuk mengusir rasa gatal tersebut sampai berdarah-darah dan menyebabkan bengkak. Hal ini kalau dibiarkan bisa berakibat terus bertambah bengkaknya dan bisa mencapai sebulan bahkan bisa lebih untuk sembuh.

Bagaimana menangani kejadian ini?
Dari apa yang saya baca, Tips Pengobatan Kaki Bengkak Pada Burung Kenari adalah sebagai berikut:
  1. Cuci bagian kaki yang bengkak dengan air hangat kuku.
  2. Setelah dilap kering pakai tisu, oleskan salep kulit seperti salep 88, betason-n dan sejenisnya.                                                            
  3. Ulangi hari-hari berikutnya sampai sembuh.
Saya memperlakukan kenari saya agak berbeda dengan cara di atas. Hari pertama, saya cuci bersih luka dilututnya (yang bengkak) dengan air hangat, setelah dilap kering saya olesi dengan minyak gosok cap tawon, karena hanya ada itu yang ada di rumah. Besoknya tanpa mencuci dengan air hangat, lututnya saya olesi lagi dengan minyak tawon. Ini saya lakukan berulang-ulang setiap hari. Dan hari kesembilan, luka bengkaknya yang sudah mengering copot. Alhamdulillah kenariku sudah sehat lagi seperti semula.

Pengalaman ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kenari mania
Read more > Tips Pengobatan Kaki Bengkak Pada Burung Kenari

Monday, August 12, 2013

Ciri-ciri Merpati Balap

Merpati balap adalah hasil pembiakan dari burung merpati yang telah dibiakkan secara khusus agar mampu terbang lebih cepat, instink untuk pulang yang lebih kuat untuk olah raga balap merpati. Merpati populer yang dijinakkan, merpati balap, adalah salah satu hasil yang paling baru.

Merpati termasuk golongan burung pintar, ini terbukti dengan kejinakan dan kemampuannya untuk mengenali kandang dan daerah sekitarnya terutama merpati pos. Merpati Balap mempunyai kelebihan lain yang tidak kalah hebatnya dengan merpati pos, yaitu mampu mengenali pasangan, pemilik, atau pelatihnya dari jarak yang cukup jauh.

Secara Umum merpati balap yang baik memiliki Ciri-ciri Merpati Balap sebagai berikut:
1. Bagian Kepala dan Leher:
Paruh yang Pendek,lurus, kuat, dan ujungnya sedikit melengkung menandakan keket atau giringnya bagus. Mata jernih dengan biji mata bulat penuh (tidak terlihat pecah) dan kecil menandakan kemampuannya cukup baik untuk melihat dengan jelas dari kejauhan. Kepala yang proposional dan cukup besar menandakan isi otaknya besar (cerdas). Lehernya yang cukup dan tidak terlalu panjang dan besar, tetapi tetap proposional dapat menjaga posisi terbang terhadap udara agar tetap streamline.


2. Bagian Badan, Kaki dan ekor:
Pundak tegap dan kokoh sebagai tempat menempelnya sayap Otot sayap yang cukup tebal menandakan kekuatannya mengepakkan sayapnya maksimal sehingga diperoleh jangkauan yang jauh dalam sekali kepak. Bulu-bulu sayap rapi, tebal, panjang, lebar, dan rapat menandakan bahwa merpati dapat mencapai jarak jauh dalam sekali kepakan karena sedikit udara yang lepas. Bulu sayap primer biasanya terdiri dari 10 bulu, tetapi kadang ditemukan merpati dengan bulu sayap primer 11 bulu pada salah satu atau kedua sayapnya. Keadaan ini dapat menambah kerapatan bulu sayap. Kaki proposional dengan jari yang kecil dan panjang untuk mengarahkan angin kebelakang setelah melewati dada pada saat terbang Tumpukan bulu pada bokong tebal dan tulang pubis cukup keras sehingga kekompakan otot untuk mencapai kecepatan akhir yang maksimal dapat terjamin.


3. Ciri-ciri lain:
Bulu halus, kering, dan berlapis lilin untuk mengurangi hamabatan dan mencegah tersimpannya air dari udara yang dapat mengurangi kecepatan burung karena bertambahnya berat badan. Tulang dada sedikit melengkung untuk mengurangi hamabatan angin. Leher seekor merpati balap harus proporsional, tidak terlalu pendek dan tidak juga terlalu panjang, sehingga tidak menambah gesekan diudara.




















Read more > Ciri-ciri Merpati Balap

Burung Kakatua Raja

Burung Kakatua Raja  adalah satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger. Daerah sebaran burung ini adalah di pulau Irian dan Australia bagian utara. Pakan burung Kakatua Raja terdiri dari biji-bijian. Paruh burung Kakatua Raja tidak dapat tertutup rapat, dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian untuk dikonsumsi.

Burung Kakatua Raja ( Probosciger aterrimus ) adalah burung terbesar dari semua burung kakatua, dengan mempunyai tinggi mulai 49-68 cm dan berat mereka rata - rata mencapai 500-1.100 gr, dengan berat betina berkisar 500-950 gr, dan yang jantan berkisar 540-1.100 gr.

Panjang sayap sekitar 35.1 cm, panjang ekor 23.8 cm, panjang paruh 9.1 cm, dan panjang kaki rata-rata 3.5 cm. Kakatua Raja adalah satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger. 

Kakatua Raja hampir semua tubuhnya berwarna hitam, dan paruh mereka tidak bisa berdekatan sama sekali, dan selalu mengungkapkan sedikit lidah mereka yang berwarna merah dengan ujung hitam, bagian mulutnya yang terbuka memudahkannya untuk menahan kacang atau biji-bijian di dalam mulut mereka dan memecahkannya pada waktu yang sama.

Paruh bawah mereka dirancang keras untuk menghancurkan kacang dan paruhnya lebih besar Jantan daripada betina. Kaki mereka berwarna abu-abu / hitam dengan sedikit bulu-bulu di paha mereka dan pada wajah mereka terdapat karakteristik yang paling istimewa yaitu terdapat warna merah di pipinya.  

Pipi mereka dapat berubah warna kulit berdasarkan tingkat kesehatan atau stres sehingga ketika stres berat kulit akan berubah warna ke merah muda / krem, sementara ketika sangat bersemangat / gembira perubahan kulit menjadi kuning.
 
Jangkauan Geografis
  • Kakaktua Raja merupakan hewan asli pulau Papua, dan Australia. Hewan ini biasanya ditemukan di kepulauan Aru, pulau Misool di bagian barat pulau Papua, Irian Barat, Selatan New Guinea dari Timur Marauke sampai teluk Papua, dan di Australia pada kawasan utara tanjung York Peninsula.
Habitat
  • Kakaktua Raja ditemukan di hutan hujan tropis, termasuk pinggiran hutan. Mereka memilih pohon-pohon besar dan tinggi untuk bersarang dan berkembangbiak. Pada siang hari mereka berdiam di dekat makanan atau sumber air dan pada malam hari bertengger di dalam atau di dekat sarangnya.
Perilaku
  • Burung Kakaktua Raja dapat ditemukan sendirian ataupun berpasangan, dan kadang dalam kelompok yang lebih besar, mereka menghabiskan banyak waktu mereka di kanopi hutan yang tinggi atau terbang di antara tempat bertengger dan mencari makan. Mereka sering makan dalam kelompok besar, di mana satu burung penjaga akan mengamati predator yang ada. Jika pemangsa atau ancaman lainnya muncul, para “penjaga” memberikan alarm menangis untuk memberitahukan yang lain. Dalam kondisi hujan mereka dapat ditemukan tergantung terbalik dengan sayap dan ekor mereka terulur, seolah-olah sedang mandi.
Reproduksi
  • Selama kawin burung jantan dan betina berdekatan satu sama lain dengan sayap dibuka lebar. Sebelum melakukan perkawinan jantan akan membuat siulan yang keras dan menunduk-nundukkan kepalanya berkali-kali hingga kulit diwajahnya berubah menjadi sangat merah. Kakatua raja adalah monogami dan tinggal bersama pasangannya sempanjang hidupnya.

Musim kawin bervariasi sesuai dengan iklim setempat. Tetapi biasanya dari bulan Agustus hingga Januari. Kakatua raja tidak dapat membuat lubang sarang sendiri, melainkan mereka menggunakan lubang di pohon besar yang telah dilubangi sebelumya.

Burung kakatua raja hanya bertelur satu telur per sarang, dimana telur tersebut akan dierami selama 30-33 hari.
Read more > Burung Kakatua Raja

Sunday, August 11, 2013

Burung Elang Jawa

Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) adalah salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda

Burung Elang Jawa yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari).

Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki.
Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis (MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2. Hal. 104.)

Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya (Sozer, R., V. Nijman dan I. Setiawan. 1999. Panduan identifikasi Elang Jawa Spizaetus bartelsi. Biodiversity Conservation Project (LIPI-JICA-PKA). Bogor. ISBN 979-95862-1-6. 48 hal.)

Sebaran Burung Elang Jawa ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng (Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. 1999. Distribution and Conservation of Javan Hawk-eagle Spizaetus bartelsi. Bird Conservation International 9 : 333-349.)

Burung Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 m dpl.

Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.

Burung Elang Jawa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.

Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.

Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus dan Quercus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200-300 m dari tempat rekreasi
Read more > Burung Elang Jawa

Saturday, August 10, 2013

Burung Jalak Bali

Klasifikasi Burung Jalak Bali :
Kerajaan     : Animalia
Phylum        : Chordata
Kelas          :  Aves
Ordo          :  Fasseriformes
Famili          : Sturnidae
Genus         : Leucospar
Species      : Leucopsar rothschildi  (Stressmann 1912)

Sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan.

Burung Jalak Bali Pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Atas rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor Von Plessenn mengadakan penelitian lanjutan (tahun 1925) dan menemukan penyebaran burung Jalak Bali mulai dari Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan perkiraan luas penyebaran 320 km2.

Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih Bali merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana

Read more > Burung Jalak Bali

Thursday, August 8, 2013

Burung Jalak Putih

Klasifikasi ilmiah Burung Jalak Putih:
Kerajaan: Animalia;
Filum: Chordata;
Kelas: Aves;
Ordo: Passeriformes;
Famili: Sturnidae;
Genus: Sturnus;
Spesies: Sturnus melanopterus

Jenis Jalak putih (Sturnus melanopterus) ini hampir mirip dengan Jalak bali (Leucopsar rothschildi) memiliki warna bulu utama putih, meskipun terdapat kulit tanpa bulu disekitar mata berwarna kuning. Namun, keduanya memiliki kesamaan, yaitu merupakan Burung yang dilindungi undang-undang.

Burung Jalak Putih merupakan burung dari suku Sturnidae. Burung yang umumnya berukuran sedang (sekitar 20-25 cm), gagah, dengan paruh yang kuat, tajam dan lurus. Berkaki panjang sebanding dengan tubuhnya. Bersuara ribut, dan berceloteh keras, terkadang meniru suara burung lainnya. Di alam, burung ini kebanyakan bersarang di lubang-lubang pohon.dengan warna bulu seluruhnya putih, kecuali sayap dan ekor berwarna hitam. Sedang pada burung muda, bagian kepala, leher, punggung, dan penutup sayap berwarna kelabu. Di sekitar mata terdapat kulit yang tidak ditumbuhi bulu dan berwarna kuning, iris mata coklat tua, paruh kekuningan, dan kulit kaki kuning.

Read more > Burung Jalak Putih

Wednesday, August 7, 2013

Burung Kuntul Kerbau


Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Upakelas: Neornithes
Infrakelas: Neognathae
Superordo: Neoaves
Ordo: Ciconiiformes
Famili: Ardeidae
genus : bubulcus
species: bubulcus ibis

Entah siapa yang memberi nama sicantik bangau putih berleher jenjang dengan sebutan "Burung Kuntul", pada lampiran PP 7 tahun 1999 yang memuat daftar satwa liar dilindungi, burung kuntul disamakan dengan bangau putih dan salah satunya berbahasa latin Bubulcus ibis, dalam kamus besar bahasa indonesia kuntul dideskripsikan berupa burung bangau berbulu putih, pemangsa ikan, katak, dsb nya (nomina), sedangkan dalam buku burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan buah karya MacKinnon dkk Bubulcus ibis adalah nama latin untuk burung kuntul kerbau, dalam buku tersebut ada 6 jenis burung kuntul yaitu:

    burung kuntul karang;
    burung kuntul cina;
    burung kuntul besar;
    burung kuntul perak;
    burung kuntul kecil;
    burung kuntul kerbau.


Burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis) yang merupakan burung terkecil dari bangsa Kuntul-kuntulan. Burung ini suka mencari makanan di dekat kerbau atau sapi yang merumput. Bentuk tubuhnya lebih ramping daripada Blekok Sawah (Ardeola speciosa), meskipun tidak seramping kuntul-kuntul yang lebih besar. Seluruh bulunya berwarna putih, tetapi selama musim kawin, bulu-bulu pada kepala, leher dan punggungnya berwarna kuning kerbau. Burung kuntul sewaktu terbang lehernya membentuk seperti huruf "s" dan tidak diluruskan, berbeda dengan burung dari keluarga Bangau (Ciconiidae) dan Ibis (Threskiornithidae) yang meluruskan leher dan merentangkan kaki-kakinya sewaktu terbang, burung kuntul pernah saya lihat di lahan esensial lahan basah rawa tulang bawang pagar dewa tulang bawang barat.


Read more > Burung Kuntul Kerbau

Tuesday, August 6, 2013

Burung Merak Hijau

Burung Merak Hijau (Pavo muticus) adalah salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor.

Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat Cina, Indocina dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Walaupun berukuran sangat besar, Merak Hijau adalah burung yang pandai terbang. Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga sampai enam telur.

Pakan burung Merak Hijau terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.
Read more > Burung Merak Hijau

Monday, August 5, 2013

Burung Pecuk Ular

Burung Pecuk Ular (Anhinga melanogaster) ini disebut Pecuk Ular karena lehernya yang panjang dan langsing menyerupai ular,Burung ini masuk dalam golongan burung air, menyenangi daerah perairan seperti mangrove, danau, rawa dan sungai. Panjang tubuhnya mulai dari kepala hingga kaki bisa mencapai 80-90 sentimeter. Kepala sempit kecil. Bulu ditubuhnya terutama bagian depan badan berwarna hitam legam, bagian belakang berwarna kecoklatan, ada setrip dagu putih sepanjang leher, bulu penutup putih halus dengan pinggir hitam, kaki keabu-abuan. Sedangkan pada leher coklat kekuningan. Paruhnya yang panjang berwarna kuning muda atau abu-abu.

Setelah berenang atau menyelam, burung pecuk ular harus mengeringkan dulu tubuhnya, sebab mereka tidak akan bisa terbang kalau sayapnya dalam keadaan basah. Sarang berupa tumpukan ranting pada pohon tinggi dekat pantai. Telur berwarna keputih-putihan, jumlah 2 sampai 4 butir. Berbiak bulan Desember-Maret, Maret-Juni.

Bentuk lehernya yang panjang memudahkan burung ini menangkap ikan di sungai. Selain ikan, burung pecuk ular ini juga memangsa berbagai hewan air seperti katak, kadal air dan sejenisnya. Burung ini juga mampu menyelam hingga kedalaman sampai 200 meter di bawah air. Lamanya mereka menyelam tergantung sejauh mana mangsa ditemukan. Biasanya berkisar antara beberapa menit sampai satu jam! Mangsa yang didapat tidak langsung ditelan melainkan dikibas-kibaskan dulu sampai tak berdaya, baru dikunyah.

Sebagian pengamat burung menyebutnya sebagai Oriental Darter karena memang hanya berada di daerah Asia, terutama India, Filipina, Indonesia dan Thailand. Di Indonesia burung pecuk ular bisa dijumpai di Jawa (pulau Rambut, gugusan kepulauan Seribu), Sulawesi, Kalimantan (Kawasan Taman Nasional Betun Kerihun - TNBK) dan sebagian Sumatera.
Burung Pecuk Ular (Anhinga melanogaster) ini disebut Pecuk Ular karena lehernya yang panjang dan langsing menyerupai ular,Burung ini masuk dalam golongan burung air, menyenangi daerah perairan seperti mangrove, danau, rawa dan sungai. Panjang tubuhnya mulai dari kepala hingga kaki bisa mencapai 80-90 sentimeter. Kepala sempit kecil. Bulu ditubuhnya terutama bagian depan badan berwarna hitam legam, bagian belakang berwarna kecoklatan, ada setrip dagu putih sepanjang leher, bulu penutup putih halus dengan pinggir hitam, kaki keabu-abuan. Sedangkan pada leher coklat kekuningan. Paruhnya yang panjang berwarna kuning muda atau abu-abu.

Setelah berenang atau menyelam, burung pecuk ular harus mengeringkan dulu tubuhnya, sebab mereka tidak akan bisa terbang kalau sayapnya dalam keadaan basah. Sarang berupa tumpukan ranting pada pohon tinggi dekat pantai. Telur berwarna keputih-putihan, jumlah 2 sampai 4 butir. Berbiak bulan Desember-Maret, Maret-Juni.

Bentuk lehernya yang panjang memudahkan burung ini menangkap ikan di sungai. Selain ikan, burung pecuk ular ini juga memangsa berbagai hewan air seperti katak, kadal air dan sejenisnya. Burung ini juga mampu menyelam hingga kedalaman sampai 200 meter di bawah air. Lamanya mereka menyelam tergantung sejauh mana mangsa ditemukan. Biasanya berkisar antara beberapa menit sampai satu jam! Mangsa yang didapat tidak langsung ditelan melainkan dikibas-kibaskan dulu sampai tak berdaya, baru dikunyah.

Sebagian pengamat burung menyebutnya sebagai Oriental Darter karena memang hanya berada di daerah Asia, terutama India, Filipina, Indonesia dan Thailand. Di Indonesia burung pecuk ular bisa dijumpai di Jawa (pulau Rambut, gugusan kepulauan Seribu), Sulawesi, Kalimantan (Kawasan Taman Nasional Betun Kerihun - TNBK) dan sebagian Sumatera.
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/08/burung-pecuk-ular-anhinga-melanogaster.html#sthash.wL97tAxs.dpuf
Read more > Burung Pecuk Ular

Sunday, August 4, 2013

Burung Madu sangie

Burung Madu sangie (Aethopyga duyvenbodei)

Nama Inggris : Elegant Sunbird
Nama Indonesia : Burung-madu sangihe
Ketinggian : 0 - 900 m
Daerah Sebaran : Bali; Sulawesi;
Endemik : Sulawesi; (endemik Indonesia);

Endemik di Sangihe dan Siau (pulau-pulau kecil di Sulawesi bagian utara).
Burung Madu sangie (Aethopyga duyvenbodei) merupakan salah satu jenis burung dilindungi undang-undang.

Deskripsi Bentuk
Lebih kurang 12 cm. Jantan: bagian atas hijau metalik dan biru; punggung zaitun kekuningan; pita-tunggir kuning; tenggorokan kuning. Betina: bagian atas zaitun kekuningan; tunggir kekuningan; mahkota bersisik; tenggorokan dan bagian bawah kuning.

Kebiasaan
Sendiri, berpasangan dan adakalanya dalam kelompok kecil. Biasanya teramati bergabung bersama dalam kelompok burung pencari makan, khususnya dengan burung-madu dan burung cabai. Mengumpulkan serangga dari vegetasi dan sarang laba-laba.

Penyebaran lokal :
Cukup umum di Sangihe. Menghuni perkebunan campuran di sekitar petak-petak hutan yang tersisa; juga petak-petak hutan, tepi hutan dan pertumbuhan sekunder yang tinggi. Dari dataran rendah sampai ketinggian sekitar 900 m. Di Siau hanya diketahui dari sebuah spesimen tunggal yang dikoleksi pada abad yang lalu.
Read more > Burung Madu sangie

Saturday, August 3, 2013

Burung Elang Bondol

Burung Elang Bondol (Haliastur indus) Berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dda putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.

Klasifikasi ilmiah Burung Elang Bondol:
Kerajaan : Animalia
Filum       : Chordata
Kelas      : Aves
Order      : Falconiformes (atau Accipitriformes , qv)
Keluarga : Accipitridae
Genus     : Haliastur
Spesies    : H. indus
nama latin: Haliastur indus (Pieter Boddaert,1783)

Suara :
Jeritan meringkik “iiuw-wir-r-r-r-r” saat terbang berpasangan. Memekik keras “piiiii-yah” ketika mengejar pendatang yang memasuki daerah teretori.

Penyebaran global :
Daerah sekitar pantai di Asia Tenggara, Cina, dan Australia. Sedangkan di Indonesia dan India, masih dapat ditemukan di daerah pedalaman.

Penyebaran lokal dan status :
Umum tersebar di seluruh Indonesia, jarang ditemui di Jawa dan Bali. Menghuni habitat sekitar pantai dan kepulauan di daerah tropis. Juga masih dapat ditemukan di lahan basah dan hutan dataran rendah sampai ketinggian 2000 m di pedalaman yang jauh dari pantai.

 
Kebiasaan :
Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang, sesekali memperlihatkan perilaku terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang-ulang. Terbang rendah di atas permukaan air untuk berburu makanan, tetapi terkadang juga menunggu mangsa sambil bertengger di pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat berjalan di permukaan tanah mencari semut dan rayap. Menyerang burung camar, dara laut, burung air besar, dan burung pemangsa lain yang lebih kecil untuk mencuri makanan.

Makanan:
Sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.

Perkembangbiakan:
Berbiak pada musim kemarau di daerah tropis, sekitar bulan Januari-Juli di Kalimantan, Mei-Oktober di Jawa dan Sulawesi. Bentuk sarang tidak rapi, tersusun atas patahan batang, rumput, daun, rumput laut, sisa makanan dan sampah. Sarang terletak di bangunan atau percabangan pohon yang tersembunyi, 6-50 m dari permukaan tanah. Sedangkan di hutan mangrove, sarang hanya setinggi 2-8 m. Jumlah telur biasanya 2 (1-4 butir), dierami selama 28-35 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 40-56 hari, menjadi dewasa mandiri setelah 2 bulan kemudian.
Burung Elang Bondol (Haliastur indus) Berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dda putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.

Klasifikasi ilmiah burung  Elang Bondol:
Kerajaan : Animalia
Filum       : Chordata
Kelas      : Aves
Order      : Falconiformes (atau Accipitriformes , qv)
Keluarga : Accipitridae
Genus     : Haliastur
Spesies    : H. indus
nama latin: Haliastur indus (Pieter Boddaert,1783)

Suara :
Jeritan meringkik “iiuw-wir-r-r-r-r” saat terbang berpasangan. Memekik keras “piiiii-yah” ketika mengejar pendatang yang memasuki daerah teretori.

Penyebaran global :
Daerah sekitar pantai di Asia Tenggara, Cina, dan Australia. Sedangkan di Indonesia dan India, masih dapat ditemukan di daerah pedalaman.

Penyebaran lokal dan status :
Umum tersebar di seluruh Indonesia, jarang ditemui di Jawa dan Bali. Menghuni habitat sekitar pantai dan kepulauan di daerah tropis. Juga masih dapat ditemukan di lahan basah dan hutan dataran rendah sampai ketinggian 2000 m di pedalaman yang jauh dari pantai.

Kebiasaan :
Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang, sesekali memperlihatkan perilaku terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang-ulang. Terbang rendah di atas permukaan air untuk berburu makanan, tetapi terkadang juga menunggu mangsa sambil bertengger di pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat berjalan di permukaan tanah mencari semut dan rayap. Menyerang burung camar, dara laut, burung air besar, dan burung pemangsa lain yang lebih kecil untuk mencuri makanan.

Makanan:
Sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.

Perkembangbiakan:
Berbiak pada musim kemarau di daerah tropis, sekitar bulan Januari-Juli di Kalimantan, Mei-Oktober di Jawa dan Sulawesi. Bentuk sarang tidak rapi, tersusun atas patahan batang, rumput, daun, rumput laut, sisa makanan dan sampah. Sarang terletak di bangunan atau percabangan pohon yang tersembunyi, 6-50 m dari permukaan tanah. Sedangkan di hutan mangrove, sarang hanya setinggi 2-8 m. Jumlah telur biasanya 2 (1-4 butir), dierami selama 28-35 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 40-56 hari, menjadi dewasa mandiri setelah 2 bulan kemudian.
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/08/elang-bondol-haliaster-indus.html#sthash.J6gcGgAZ.dpuf
Read more > Burung Elang Bondol

Friday, August 2, 2013

Kakak Tua Jambul Kuning

Nama Lokal : Kakak Tua Jambul Kuning
Nama Ilmiah : Cacatua sulphurea

B. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphhylum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Psittaciformes
Familia : Psittacidae
Genus : Cacatua
Species : Cacatua sulphurea

C.Diskripsi :
1.Habitat
Di hutan sekunder dan perkebunan. endemik di Sulawesi. dan Nusa Tenggara. Burung ini tersebar di P. Panida. lepas pantai P. Bali.


2.Ciri Morfologi
Burung kakatua jambul kuning. berukuran panjang kira.kira 30 cm. mempunyai jambul kuning. mencolok. bulu berwarna putih dan sering mengeluarkan suara yang ribut. Burung tersebut mempunyai paruh atas yang panjang melebihi paruh bagian bawah. Mata berwarna coklat gelap, paruh hitam, kaki abu-abu gelap. Burung kakatua mempunyai lidah yang diadaptasikan untuk memakan buah, biji-bijian, Jambul akan ditegakkan dan diturunkan bila sedang bersuara dan bertengger di pohon.
3.Ciri Spesifik
Memiliki Jambul berwarna kuning, jambul ini yang membedakan dengan kakak tua jenis lainnya. Selain itu warna bulu diseluruh tubuhnya yang berwarna putih menjadikan ciri khas tersendiri pada burung ini.
4.Jenis Makanan
Di habitat aslinya burung kakatua memakan buah.buahan, biji.bijian. sayuran. serangga dan larvanya. Sedangkan di Kebun Binatang Gembira Loka burung kakatua diberi pakan jagung muda dan kacang goreng.
5.Perilaku
Burung kakatua hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat. diselingi gerakan melayang serta saling berteriak. Burung ini mempunyai kebiasaan berpegang pada dahan atau cabang pohon. Pada musim kawin burung jantan akan memperlihatkan pada burung betina beberapa gaya seperti meloncat. mengembangkan sayap. mengangkat ekor. dan berjalan di depan betina untuk menarik perhatiannya.
6.Reproduksi
Burung betina bertelur jumlahnya di atas tiga butir. kemudian diletakkan dilubang pohon tempat burung tersebut bersarang. Telur tersebut dierami secara bergantian.antara burung jantan dan burung betina.
Read more > Kakak Tua Jambul Kuning

Thursday, August 1, 2013

Klasifikasi ilmiah burung Alap-Alap Tikus

Kingdom : Animalia
Phylum    : Chordata
Class       : Aves
Order      : Accipitriformes
Family     : Accipitridae
Genus      : Elanus
Species    : Elanus caerulues

Deskripsi burung alap-alap tikus:  Berukuran  30 cm. Berwarna putih, abu-abu dan hitam. Berbecak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas. Dewasa : mahkota punggung, sayap pelindung dan bagian pangkal ekor abu-abu. Muka, leher dan bagian bawah putih, paruh berwarna hitam kaki berwarna kuning.   Pada jenis burung yang masih muda, iris matanya berwarna kuning, tapi saat sudah dewasa iris matanya berubah menjadi merah, di daerah burung ini dinamai elang tikus, elang, elang putih, alap-alap.


Makanan burung alap alap tikus:
Memakan binatang pengerat dengan ukuran kecil(40-90 gram), Kelelawar, burung-burung kecil, reptil dan serangga. Berburu dari tenggeran sambil mengawasi pergerakan mangsanya. Terbang melayang pelan sambil mengawasi mangsa dan meluncur menangkap mangsanya ketika mangsa buruanya terlihat.
Klasifikasi ilmiah burung Alap-Alap Tikus:
Kingdom : Animalia
Phylum    : Chordata
Class       : Aves
Order      : Accipitriformes
Family     : Accipitridae
Genus      : Elanus
Species    : Elanus caerulues


Deskripsi burung alap-alap tikus:  Berukuran  30 cm. Berwarna putih, abu-abu dan hitam. Berbecak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas. Dewasa : mahkota punggung, sayap pelindung dan bagian pangkal ekor abu-abu. Muka, leher dan bagian bawah putih, paruh berwarna hitam kaki berwarna kuning.   Pada jenis burung yang masih muda, iris matanya berwarna kuning, tapi saat sudah dewasa iris matanya berubah menjadi merah, di daerah burung ini dinamai elang tikus, elang, elang putih, alap-alap.


Makanan burung alap alap tikus:
Memakan binatang pengerat dengan ukuran kecil(40-90 gram), Kelelawar, burung-burung kecil, reptil dan serangga. Berburu dari tenggeran sambil mengawasi pergerakan mangsanya. Terbang melayang pelan sambil mengawasi mangsa dan meluncur menangkap mangsanya ketika mangsa buruanya terlihat.
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2011/01/burung-alap-alap-tikus-elanus-caeruleus.html#sthash.cH3Wk9zq.dpuf
Klasifikasi ilmiah burung Alap-Alap Tikus:
Kingdom : Animalia
Phylum    : Chordata
Class       : Aves
Order      : Accipitriformes
Family     : Accipitridae
Genus      : Elanus
Species    : Elanus caerulues


Deskripsi burung alap-alap tikus:  Berukuran  30 cm. Berwarna putih, abu-abu dan hitam. Berbecak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas. Dewasa : mahkota punggung, sayap pelindung dan bagian pangkal ekor abu-abu. Muka, leher dan bagian bawah putih, paruh berwarna hitam kaki berwarna kuning.   Pada jenis burung yang masih muda, iris matanya berwarna kuning, tapi saat sudah dewasa iris matanya berubah menjadi merah, di daerah burung ini dinamai elang tikus, elang, elang putih, alap-alap.


Makanan burung alap alap tikus:
Memakan binatang pengerat dengan ukuran kecil(40-90 gram), Kelelawar, burung-burung kecil, reptil dan serangga. Berburu dari tenggeran sambil mengawasi pergerakan mangsanya. Terbang melayang pelan sambil mengawasi mangsa dan meluncur menangkap mangsanya ketika mangsa buruanya terlihat.
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2011/01/burung-alap-alap-tikus-elanus-caeruleus.html#sthash.cH3Wk9zq.dpuf
Read more > Klasifikasi ilmiah burung Alap-Alap Tikus
 
 
Copyright © seputar info burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo