Pasang surut beragam jenis burung di lomba tidak menyurutkan popularitasnya sampai dipenghujung tahun 2011. Di Jabodetabek misalnya, kelas murai batu menjadi partai paling bergengsi tidak hanya jumlah hadiah yang ditawarkan, tapi juga sudah menjadi sebuah prestis tersendiri.
“Juara di kelas murai batu lebih punya gengsi tersendiri, mainan lelaki sejati,” ujar Bony kicaumania Cibubur sebagaimana dikutip Agrobis Burung.
Dari tahun ke tahun jumlah pesertanya naik secara signifikan. Beberapa even organizer atau panitia lomba di Jabodetabek, berani membuka kelas ini 3 – 4 sesi, termasuk kelas ring.
Tidak hanya dalam sebuah even besar, di ajang latberan kelas ini juga kerap diluberi perserta. Tingginya jumlah peserta yang kerap melimpah dan memenuhi gantangan, menjadikan kelas ini digunakan sebagai andalan pihak panitia penyelenggara dalam kontribusi pemasukan dari hasil penjualan tiket.
Naiknya pamor kelas ini, tentu saja membuat nilai transaksi di lapangan semakin meroket.
Dibukanya kelas ring dalam kontes juga membawa dampak positif terhadap perkembangan dunia penangkaran. Penangkaran murai batu adalah salah satu usaha penangkaran burung yang berhasil dikembangkan dalam skala besar. Diperkirakan, trend burung 2012 bakal menempatkan burung murai memimpin di peringkat atas.
Blok Barat
Di beberapa latberan di Jabodetabek, seekor murai batu yang baru meretas prestasi di ajang latberan saja banderolnya sudah di atas kisaran Rp 25 juta. Padahal, itu baru sebatas di latber.
Lantas, bagaimana seekor jawara yang sering juara di ajang lomba-lomba besar? Tentunya harga dipatok lebih tinggi. Dari beberapa nama-nama murai batu papan atas di blok barat banderolnya sudah di atas Rp 250 juta.
Raja Hutan misalnya, pelanggan juara di berbagai event penting blok barat. Besutan Arli SS dari Cirebon ini sempat ditawar di atas Rp 100 juta plus ditambah beberapa burung jawara koleksi seorang kicau mania dari Cikarang. Hanya saja sang pemilik masih mematok di angka tidak kurang dari Rp 250 juta.
Beberapa murai batu di Jabodetabek yang naik pamornya adalah Pelor Emas milik Fuksin Bangka, King Cobra kepunyaan Fabio Bintaro, Pujangga dan Laba-laba milik Mr Tedja.
Blok Tengah
Di blok tengah, termasuk banyak pendatang baru yang langsung memilih murai batu sebagai gacoan. Salah satunya adalah Billy Kebumen yang begitu menekuni hobi burung langsung mengoleksi 5 murai jawara yang dibeli dari perburuan di ajang lomba.
Ricky Donal Muntilan juga penggemar berat murai batu, dan sudah mengorbitkan Butterfly dan Raja Tembak. Belum lama ini, Raja Tembak yang baru dicoba di latberan dan berhasil juara satu langsung dipinang oleh kicaumania Lampung melalui Pungky Jogja dengan mas kawin 50 juta.
Fifa Banjarnegara yang lebih dulu menekuni jenis anis merah, juga mulai beralih keberuntungan dengan memelihara murai batu. Fifa pun langsung memantau burung incarannya di Latber Kamis Ceria Purbaliriga, alhasil Fita menemukan murai yang benar-benar bisa diandalkan yang diberi nama New Virus.
Di Gunung Kidul, ada Yudi, yang juga dikenal sebagai breeder dan pengorbit murai batu. Saat ini, dia mengaku pesanan anakan murai meningkat tajam. Permintaan sebagian besar datang dari blok barat yang tidak mempersoalkan harga.
Naiknya popularitas murai batu memang turut mendongkrak nilai jual anakan burung murai batu di tingkat para breeder. Untuk harga anakan hasil penangkaran -khusus di kalangan para penangkar- rata-rata di kisaran Rp 1,5 juta – Rp 2,5 juta per ekor.
Tinggi rendahnya harga anakan tergantung kualitas dan nama besar penangkar. Semakin popular dan dikenal, nilai anakannya semakin mahal. Produk Arco BF Serang misalnya, membanderol anakan dengan kisaran harga Rp 3,5 juta – Rp 5 juta, khususnya untuk anakan dari kandang favorit.
Semakin banyak menghasilkan jawara, maka semakin tinggi nilai harga anakan dari kandang tersebut.
Di kalangan pedagang
Tingginya animo penggemar murai batu juga dirasakan kalangan pedagang yang khusus mendatangkan murai batu prospek. Yudi Raja Murai Jakarta, yang menspesialisasikan diri untuk menyediakan aneka jenis murai dari Sumatera Utara, mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar. Kiriman 40-50 ekor setiap pekannya dari Sumatera masih belum cukup guna memenuhi permintaan pasar di Jawa.
“Sebenarnya murai medannya sendiri sih tidak ada lagi, kami mendatangkannya dari Sumatera Utara seperti wilayah Bahorok, Sibolga, stbat, Marike, Tapanuli Selatan, Tanjung Morawa, Bukit Lawang. Paling laris dari Tapanuli Selatan karena sudah langka, seperti Bahorok. Murai batu asal dua kawasan ini dikenal memiliki mental bagus.”
Tidak hanya jenis jantan yang laris manis karena harganya relatil terjangkau untuk semua lapisan mulai pemain bawah hingga penggemar kalangan atas, bahkan indukan betina pun banyak diminati.
Mereka berburu betina biasanya untuk dibreeding, karena fisiknya bagus, dengan memilih burung berpostur besar dan ekor panjang. Semua yang didatangkan sudah diseleksi terlebih dahulu. Burung benar-benar dalam kondisi sehat dan mulus.
Untuk seekor murai bahan muda hutan bahan (sudah makan voer) dibanderol Rp 1,7 juta – 2,5 juta, lain halnya yang sudah jadi di atas Rp 3 juta.
Salah satu penangkar murai batu dari Klaten, H. Suwadi, juga mengaku permintaan anakan murai batu terus melambung. Dari 8 koleksi indukan, dia belum bisa memenuhi semua permintaan konsumen.
Senada dengan H. Suwadi, Ir Agus Gamping juga merasa kewalahan. Menurutnya, permintaan terus mengalir. Bahkan piyik dalam eraman induk sudah diinden.
Sementara itu adanya EO yang membuka kelas murai khusus ring seperti PBI, juga turut mendongkrak permintaan murai ring.
Di Cirebon, selain VS BF milik Yadi Suzuki dan Andre 23 BF, breeder murai juga banyak bermunculan. Ipul yang dipercaya menangani Andre 23 HF milik Andre 23 Cirebon, rajin membuka stan di berbagai lomba. ”Banyak sekali inden sehingga stok juga kosong.”
Kini, rata-rata banderol MB memang cenderung naik. Suwadi misalnya membandrol anakan murai sekitar Rp 5 juta. Begitu juga dengan Agus Gamping atau Yudi Gunung Kidul, juga mulai membanderol harga lebih tinggi meskipun belum melampaui harga patokan tadi.
Bakalan muda hutan
Mahalnya harga burung hasil penangkaran, membuat kicaumania banyak yang memilih untuk memelihara dari bakalan. Karena bakalan minim, maka banyak pihak yang mendatangkan burung bakalan muda hutan dari pulau Sumatera ke pulau Jawa.
Toni Banjarnegara yang membuka usana dawet ayu Banjarnegara di Medan, saat pulang kampung sering membawa puluhan ekor murai batu. Murai yang dibawanya, ada yang siapan lomba, ada yang sudah prestasi, dan sebagian besar masih bakalan.
Semua murai bawaannya biasanya langsung diserbu kicaumania, baik diambil kicaumania blok tengah maupun barat. Sikus yang dipercaya merawat murai milik Toni mengaku kewalahan melayani permintaan dari konsumen.
Harga bakalan tangkapan hutan berkisar mulai 1,5 – 2,5 juta tergantung postur dan asalnya. Saat ini, burung yang dibandrol paling mahal adalah murai batu medan. Berikutnya Aceh, baru Lampung. Untuk anakan Nias, biasanya dicari oleh breeder untuk silangan. Sebab, anakan murai yang berdarah Nias dianggap lebih cerdas dalam menirukan suara master.
Anakan yang juga banyak terdapat di pasaran tapi narganya miring adalan murai borneo. Harga di pasar burung Depok solo misalnya, pada kisaran Rp. 300 ribu. Untuk anakan Nias dan Borneo, harga 700an ribu rupiah sudah mulai bunyi.
Di Bali pamornya juga naik
Di Bali, kelas murai batu sempat ditinggalkan pemain seiring naiknya pamor kelas lovebird dan cucak jenggot. Namun belakangan, kelas murai batu mulai ramai peminat. Naiknya pamor murai mendorong panitia lomba seringkali menyediakan tiga kelas, dua kelas umum dan satu kelas khusus murai batu ring.
Alhasil kompetisi murai batu di Bali pun semakin panas serta berdampak memunculkan jawara yang bisa tampil di ajang nasional seperti T-Rex yang pernah nyeri di Jawa. Penampilan T-Rex di berbagai lomba di Bali dan seringkali mendominasi juara, memancing kicaumania lain untuk ikut serta bermain di kelas tersebut. Pernah pada satu event, peserta murai melampaui target panitia.
Selain panasnya kompetisi di kelas murai yang sering disebut partai neraka, yang memicu peserta terpancing untuk bermain di kelas tersebut adalah dorongan semangat untuk mengusung hasil ternakan sendiri yang terus bermunculan.
Hasil keputusan PBI yang hanya akan membolehkan kelas ring, memacu para mania murai untuk beternak murai standar kualitas lomba. Di Bali, keputusan itu disambut dengan tampilnya beberapa peternak murai batu yang berusaha memperhatikan kualitas output. Bahkan hasilnya sudah dibuktikan di lapangan. Salah satu contohnya adalah D’Yan BF Mengwi dan Delie BF Lovina Singaraja.
Dua peternak ini rata-rata memakai indukan yang sudah pernah teruji di arena kontes. Bukan saja pejantannya yang eks lomba, juga pasangan betinanya diambil dari indukan burung-burung juara. Alhasil beberapa output kedua peternak ini terbukti tampil bagus di lapangan.
Menurut beberapa peternak murai ternama di Bali, dipastikan tahun 2012 akan muncul beberapa murai ring hasil tetasan lokal. Di antaranya dari D’Yan BF yang sudah mengantongi beberapa hasil tetasan yang siap tampil. Ada juga Delie BF yang juga menyimpan tiga ekor anakan pertama dengan indukan berbeda yang juga siap turun gunung pada 2012 ini.
Cerita lain adalah ternakan Yoan Seririt yang memanfaatkan pejantan Joshua, kini sudah memiliki anakan yang siap tampil yang kini dipegang Goenadi Santosa.
Catatan lomba Tabanan Bersatu Cup 4 Desember menunjukkan kelas murai batu semakin digandrungi. Penampilan gaya tarung murai batu yang begitu mudah untuk dicermati dari luar memang semakin menambah greget kicau mania Bali untuk beralih ke kelas tersebut. Kelas murai kini sudah bertengger di tataran cucak jenggot dan lovebird. Tinggal menunggu waktu, siapa yang lebih menantang.
http://omkicau.com/2012/01/09/trend-burung-2012-murai-batu-bakal-memimpin/
Tuesday, January 1, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment