Saturday, January 26, 2013

Transgenik memungkinkan penciptaan murai nias berekor panjang melengkung ala MB Thailand

Anda pengin punya murai batu nias ekor hitam tetapi panjang ekornya sama dengan panjang ekor murai batu Thailand? Atau Anda punya burung jawara dan pengin membuat banyak kembarannya untuk berjaga-jaga kalau burung jawara mati atau sudah loyo? Keinginan seperti itu tidak mustahil terpenuhi. Sebab, teknologi kloning dan teknologi transgenik saat ini sudah berkembang jauh dari apa yang bisa kita bayangkan 5 atau 10 tahun yang lalu.
 

Salah satu contoh ayam hasil rekayasa transgenik saat ini misalnya adalah ayam tanpa bulu yang rendah lemak dan disebutkan ramah lingkungan karena mengurangi biaya yang harus dikeluarkan peternak untuk ventilasi.

Mengadopsi pengertian tanaman transgenik, maka hewan transgenik adalah hewan yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies hewan yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan hewan dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan hewan yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, resisten terhadap organisme pengganggu, serta berkuantitas dan berkualitas yang lebih tinggi dari hewan alami.

Sedangkan kloning hewan adalah proses di mana seluruh organisme direproduksi dari sel yang diambil dari organisme induk sehingga menghasilkan keturunan yang secara genetik identik.Ini berarti hewan kloning merupakan duplikat sama persis dari induknya, yang berarti juga memiliki DNA yang sama.
Kloning sebenarnya banyak terjadi di alam. Reproduksi aseksual pada organisme tertentu dan terjadinya kembar dari sel telur yang sama merupakan contoh kloning. Dengan kemajuan teknologi, proses kloning saat ini bisa dilakukan di laboratorium.

Para ilmuwan telah mencoba mengkloning hewan untuk waktu yang lama. Banyak upaya awal belum menunjukkan hasil positif. Hasil kloning pertama yang cukup sukses yaitu ketika kecebong berhasil dikloning dari sel embrio katak. Hal ini dilakukan dengan proses transfer nukleus. Hanya saja kecebong hasil kloning tidak hidup lama untuk tumbuh menjadi katak dewasa. Namun hal ini tetap menjadi terobosan yang penting.
Contoh kloning hewan pertama yang benar-benar berhasil dilakukan pada domba. Dolly, nama domba hasil kloning tersebut, tidak hanya hidup lama tetapi juga mampu bereproduksi secara alami. Dolly dikloning oleh Ian Wilmut dan timnya di Institut Roslyn di Edinburgh, Skotlandia, pada tahun 1997.
Dengan rekayasa transgenik dan kloning, oleh karena itu, impian Anda sebagaimana saya tulis pada awal artikel ini bukan sesuatu yang mustahil.

Bisa dihasilkan dari sel bangkai
Ya, binatang kloning dan hewan hasil rekayasa transgenik semakin beragam. Binatang kloning bisa dihasilkan bukan hanya dari sel hidup. Sel bangkai binatang pun bisa “dihidupkan” untuk menjadi organisme baru yang serupa dengan hewan yang sudah berkalang tanah alias menjadi bangkai. Mulai dari ayam, kucing, tikus, domba, unta, anjing, babi, sapi kloning hingga ikan hasil rekayasa transgenik yang bisa memancarkan cahaya warna-warni kini sudah ada.
Kita pantas mengagumi keahlian meraka yang sudah berhasil melakukan kloning. Namun demikian, muncul pula kengerian di balik itu. Sebab teknologi kloning bahkan bisa “menciptakan” organisme “baru” yang sama dan serupa dengan organisme yang sudah mati. Bagi orang yang kaya raya misalnya, bisa saja mereka menciptakan kembarannya yang masih muda, sehat wal afiat dan energik, sebelum dia meninggal dunia. Luar biasa…. asal jangan sampai hasil kloning malah menyerupai zombie, hehehe.
Berikut ini adalah sejumlah penampakan dari hewan hasil kloning dan rekayasa transgenik dan cek penjelasannya pada setiap keterangan gambar.















0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © seputar info burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo