Wednesday, February 20, 2013

Haruskah Gelar F1, F2 pada Kenari Merujuk pada Teori Mendel

Pagi-pagi saat memarkirkan motornya di pelataran tempat kami  ’nguli’,  seorang kawan bercerita penuh semangat , “Saya dapat Kenari F2 lho, warna merah lagi”, katanya sumringah. “Tuker ya”, celoteh saya. “Boleh, tapi dengan 2 ekor F1 ya”, timpalnya lagi, petanda bahwa doi mengclaim F2  yang baru dibelinya itu sepadan dengan 2 ekor F1 milik saya. “Ngawur, memang lebih mahal mana F1 dibanding F2 ?”.
Sepenggal cerita diatas memberikan petunjuk kepada kita bahwa sebutan F1,F2 pada kenari terdapat pemahaman yang berbeda-beda. Sebenarnya, buat saya pribadi tidak penting apakah itu F1, F2 atau bahkan F3….toh yang yang paling penting adalah ferporma burung itu dan yang lebih penting lagi tahu asal muasal indukannya. Tetapi   persoalannya tidak cukup sampai disitu, buktinya  kerap kita mendengar banyaknya keluhan terutama saat  terjadi transaksi. Ini bukan soal benar dan salah,  menurut hemat saya ketidak sepahaman ini lebih terletak pada alur tekhnik persilangannya. Misalnya, apakah F2 itu merupakan hasil persilangan F1 vs F1 ataukah hasil persilangan F1 vs  salah satu Induknya ? Akibat adanya perbedaan alur itulah berdampak pada  ketidaksepahaman dalam hal istilah yang ujung-ujungnya akan menimbulkan huru-hara…he he he….emangnya demo ? 

Baiklah supaya lebih jelas akan saya beri sebuah contoh kasus :
Pemilik kios di Pasar Induk Gede Bage Bandung melakukan transaksi ke pengepul di jawa Tengah  via SMS. Bunyi SMSnya begini, “Tolong kirim gedang 5 ton ya, nanti uangnya saya transfer”.  Dua hari kemudian kiriman barangpun tiba, tapi alangkah terkejutnya  pemilik kios di Bandung karena ternyata yang dikirim bukannya Pepaya  melainkan Pisang.   Tidak ada yang salah dalam kasus ini kecuali adanya ketidaksepahaman dalam hal istilah. Yang dimaksud gedang  adalah  pepaya menurut  bahasa Sunda, sedangkan Gedang dalam bahasa jawa adalah pisang. Bukan tidak mungkin bahkan sering terjadi pada transaksi burung kenari bergelar F1, F2 atau F3 dan seterusnya menimbulkan kesalahpahaman yang ujung-ujungnya menimbulkan kekecewaan. Lebih sadis lagi jika si penjual itu disebut penipu…..gawat kan ?
Bagaimana cara mensikapi fenomena ini, spelekah ? May be !
Jujur, saya sangat setuju jika istilah F1, F2, F3  yang sebenarnya huruf F itu terambil dari kata Filial dan bukan Formula , nyata-nyata telah  menimbulkan polemik, lebih baik diganti dengan  bahasa nasional, misalnya   A1,A2, A3 dan seterusnya lalu dirumuskan dan disepakati bersama.
Semudah itukah mengganti F (Filial) menjadi A (Anak) ? Tentu tidak mudah, pasti akan mengundang pro dan kontra, sebab pokok permasalahannya bukanlah di huruf-huruf itu, melainkan menyeragamkan pemahaman.
Well… jika memang keukeuh tetap menggunakan huruf F maka supaya tidak menimbulkan polemik berkepanjangan seharusnya   dikembalikan  kepada
Al-Quran dan Hadits  penggagas  initial F itu alias ke pemilik Teorinya, yaitu Gregor Mendel. Dialah penggagas sekaligus pemilik  Teori Pola Pewarisan Sifat yang kini disebut sebagai

Teori Genetika.
Yuk kita ingat-ingat kembali pelajaran Genetika.
Gregor Mendel , Bapak Genetika    
Gregor Mendel
Gregor Mendel (Photo credit: Wikipedia)

Asal muasal ilmu  genetika modern dimulai di kebun sebuah biara, dimana seorang biarawan Gregor Mendel mencatat sebuah mekanisme penurunan sifat. Dalam bukunya yg berjudul  Theory of Particulate Inheritance, menerangkan adanya  faktor keturunan (sekarang disebut Gen) yang secara kekal diwariskan dari induk kepada keturunannya melalui hukum pemisahan. Objek penelitian yang diplih Mendel adalah  

Kacang Kapri (Pisum sativum) dengan alasan :

  1. Periode reproduksinya singkat
  2. Penyerbukannya dengan mudah dapat bantu oleh peneliti.
  3. Memiliki banyak variasi
Ada beberapa sifat /karakter yang diamati oleh Mendel pada kacang  kapri :
  • Biji bulat VS biji keriput
  • Biji warna kuning VS warna hijau
  • Bunga warna ungu VS warna putih
  • Buah mulus VS buah berlekuk
  • Batang Panjang dan Batang Pendek
Sayang ya, kenapa waktu itu Mendel tidak menggunakan Burung Kenari sebagai objek penelitiannya, padahal kriterianya mirip tuh
  • Periode produksinya cepat,  usia 6 bulan sudah produksi dan berikutnya hanya 45 hari
  • Variasinya banyak baik dari warna maupu ukurannya.
Ahli genetika lainnya menggunakan karakter untuk menjelaskan sifat / ciri  yang diturunkan itu. Karakter atau sifat yang diwariskan inilah yang terdapat di dalam gen. Pada manusia misalnya ada karakter rambut (kriting, lurus), warna kulit dll. Contoh lain pada burung kenari, misalnya ada karakter warna bulu, ukuran badan termasuk karakter suara. Begitu pula karakter seperti pada kacang kapri diatas.
Gen sebagai faktor keturunan terletak pada kromosom,  ini selalu berpasangan / diploid. Setengah pasang (haploid) sumbangan  dari jantan yang dibawa oleh sperma  dan setengah pasang lainnya sumbangan dari induk betina yang dibawa oleh sel telur. Pada manusia misalnya, memiliki 46 kromosom (23 pasang) dimana setengah pasangnya (23 buah) berasal dari ayah dan setengah pasang (23buah) berasal dari ibu.  Dari 23 pasang itu, satu pasangnya diantaranya adalah kromosom kelamin, sedangkan 22 pasangnya adalah kromosom tubuh (autosom). Sehingga pada seorang pria terdapat kromosom  22A + XY  sedangkan wanita 22A + XX

(Hukum Mendel I)
Disebut juga hukum segregasi adalah kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet dari diploid (berpasangan ) menjadi haploid.
Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah perkawinan dengan memperhatikan satu karakter (satu sifat beda), misalnya warna bunga. Dalam hal ini Mendel menyilangkan  Kacang kapri berbunga ungu dengan kacang kapri berbunga putih. Untuk memudahkan dalam proses penelitiannya Mendel menggunakan simbol tertentu berupa huruf ganda. Huruf besar untuk sifat dominan, huruf kecil untuk resesif.
Dari persilangan antara Induk (P= parental) bunga ungu dan induk bunga putih tersebut  Mendel mendapatkan bahwa semua keturunannya (F1) 100% berwarna ungu. Penasaran dengan hasilnya itu Mendelpun  melakukan percobaan berikutnya yaitu dengan cara menyilangkan sesama F1 (inbreeding) dan hasilnya adalah bunga ungu (75%) : bunga putih (25%). Dari 2 percobaan ini, Mendel menyimpulkan bahwa tumbuhan Kacang kapri berbunga ungu dominan terhadap Kacang Kapri berbunga putih.
Inilah bagannya :
   Dari persilangan ini menghasilkan keturunan F1 yang penampilannya (fenotif)  berbunga ungu dengan genotif Uu (heterozigot) bersifat carrier. Artinya, meskipun terlihat ungu tetapi mengandungi warna putih yang resesif. Warna Ungu mendominasi warna putih sehingga warna putih tidak muncul. Ingat bahwa huruf /alel  U (besar) untuk warna ungu untuk menunjukkan dominan dan alel u (u kecil ) untuk menunjukkan  warna putih bersifat resesif.
selanjutnya Mendel menyilangkan F1 vs F1
Pada persilangan antara F1 vs F1 (ungu carrier vs ungu carrier) menghasilkan F2 :
UU    :   Ungu  ( homozigot /murni ) sebanyak   25%
Uu      :   Ungu  (heterozigot /carrier)  sebanyak 50%
uu        :  putih  (homozigot /murni) sebanyak 25 %
Sehingga yang nampak ungu sebanyak 75% dan putih 25%
Pada persilangan berikutnya yaitu F2  vs  F2 menghasilkan F3. Naaaah silahkan anda buat bagannya, kira-kira bagaimana kemungkinan peluang muncul generasi berikutnya.
Mendelpun melakukan persilangan monohibrid  untuk karakter-karakter lainnya.
Misalnya :
  • Tumbuhan Kacang kapri berbatang tinggi  vs  Kacang Kapri berbatang pendek  (TT vs tt)
  • Tumbuhan kacang kapri berbuah berbiji bulat vs berbiji kerikput (BB  vs bb )
  • dll
Dengan area perkebunan seluas hampir 5 ha tempat Mendel bekerja tentu ia sangat  banyak melakukan persilangan-persilangan, bukan saja hanya terbatas pada persilangan monohibrid (satu sifat beda) tetapi juga pada dihibrid (2 sifat beda), misalnya :
  • Tanaman tinggi berbunga ungu vs Tanaman rendah  berbunga putih.  (TTUU x ttuu)
  • Tanaman tinggi berbiji bulat  vs Tanaman rendah berbiji keriput (TTBB  vs  ttkk )
Aplikasi Pada Burung Kenari Kenari
Apakah teori ini bisa diaplikasikan pada burung Kenari….oooooh tentu saja. Bukan saja pada kenari tetapi untuk semua mahluk hidup. Jadi istilah F1, F2… berlaku juga untuk sapi, kambing etc.



0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © seputar info burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo