Kroto adalah nama yang diberikan oleh orang Jawa untuk campuran larva dan pupa semut penganyam Asia (terutama Oecophylla smaragdina). Campuran ini terkenal di kalangan pencinta burung dan nelayan di Indonesia, karena larva semut populer sebagai umpan ikan, dan juga sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan ketrampilan burung-burung pedendang. Para penggemar burung memberi kroto yang kaya protein dan vitamin untuk burung peliharaannya demi kepuasan mereka mendengarkan kicauan burung yang merdu atau waktu mereka menyiapkan burung-burungnya untuk mengikuti lomba burung pedendang.
Semut penganyam dapat ditemukan mulai dari India sampai Australia dan di seluruh kepulauan Indonesia, kisaran habitatnya* luas, termasuk kawasan pesisir, hutan-hutan sekunder* dan perkebunan. Semut ini terkenal sebagai pemangsa yang agresif dan membuat sarang di pepohonan. Semut-semut ini bisa menyerbu hampir semua jenis pohon, tetapi cenderung lebih menyukai pohon buah-buahan, seperti nangka atau mangga. Koloni tertentu mungkin membuat sarang di sebuah pohon atau bahkan beberapa pohon. Ratu semut terdapat di salah satu sarang yang paling tinggi, telur-telurnya tersebar di beberapa tempat koloni lain yang berdekatan. Bentuk sarang semut penganyam paling rumit di antara sarang-sarang semut lainnya, karena spesies Oecophylla menggunakan kelenjar sutera yang sudah berkembang dengan baik di dalam larvanya untuk menganyam dan merekatkan sarang yang terbuat dari dedaunan segar – itulah asal namanya – semut penganyam.
Kandungan gizi kroto
Ini adalah hasil uji analisis kroto dari DepKes Thailand. Karena disana kroto adalah makanan manusia, diantaranya dibuat sup (mmmm nyam nyam).
Dalam seratus gram kroto terdapat:
493 kcal kalori, kadar air 22%, protein 24.1 g (ingat dihitung dari bahan basah, kalau ingin tahu kadar bahan kering koreksi dengan kadar air), lemak 42.2 g, krbohidrat 4.3 g, fiber 4.6 g, abu 2.8, kalsium 40 mg, fosfor 230 mg, besi 10.4 mg, vit A, 710 IU, B1 0.22 mg, B2 1.13 mg, dan niacin 5.7 mg.
0 comments:
Post a Comment